Memanen Harapan Baru Gapoktan Kayuh Baimbai dengan Electrifying Agriculture!

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA- Di hamparan lahan pertanian seluas 13 hektar itu, Saukani (29) dan Zainuddin (47), terlihat sibuk. Dua petani asal Desa Simpang Empat, Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar ini bersiap mengairi berbagai tanaman hortikultura, di sepetak tanah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kayuh Baimbai, di bawah matahari pagi yang mulai terik.

Mengawali cerita, Zainuddin mengatakan petani yang datang menggarap lahan, silih berganti dan tidak mengenal waktu. Ada yang tiba pagi, siang, sore, bahkan malam hari. Mereka juga memiliki beragam profesi, dari yang jadi guru, pekerja swasta, bahkan kepala sekolah. Seperempat dari jumlah mereka adalah kaum perempuan, ibu-ibu rumah tangga.

“Yang agak banyak itu (datang) sore, bahkan malam juga ada,” kata Zainuddin, saat ditemui Kamis (21/12/2023) lalu.

Ia menerangkan, pola kerja petani Gapoktan Kayuh Baimbai tidak seperti petani pada umumnya. Iya, lebih enteng, berkat pemanfaatan teknologi Electrifying Agriculture, listrik untuk pertanian dengan sistem instalasi irigasi tetes, lazim disebut fertigasi. Ini buah bantuan PT PLN (Persero) Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (UIP3B) Kalimantan.

Saukani memamerkan cara kerja teknologinya. Ia mengklik saklar yang otomatis menyalakan pompa bertenaga listrik yang menyedot air sumur sejauh 400 meter dan mengisi saluran pipanisasi ke seluruh lahan.

Diujung bedengan, Zainuddin membuka katup yang terhubung dengan selang drip, membuat air keluar melalui Polyethylene (PE) sejenis selang elastis kecil seukuran 7 milimeter. Mereka sengaja membiarkan air mengalir begitu saja, kurang lebih 15 menit menyirami tanaman cabai lokal yang kemarin baru saja dipanen.

“Kami dapat menyirami 6000 tanaman cabai hanya dalam waktu singkat. Sangat membantu sekali listrik ini,” ujar Zainuddin.

Zainuddin memperlihatkan cara kerja sistem irigasi tetes, ia memegang selang PE 7 seukuran milimeter yang airnya mengalir deras mengairi tanaman cabai lokal. Foto: Rendy Tisna

Terbesit kenang Zainuddin, saat mereka masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakkan pompanisasi yang boros biaya dan tenaga. Belum lagi air yang terkumpul di tandon masih harus dibawa manual untuk menyirami seluruh tanaman di kebun, sungguh melelahkan.

“Jadi setiap hari kami kerjanya hanya 2 jam, itupun kadang tidak ada yang dikerjakan, banyak ngobrolnya,” sebut Zainuddin.

Saukani mengkalkulasi anggaran pengeluaran penggunaan energi listrik dengan metode pengairan konvensional yang dulu mereka gunakan. Hasilnya mencengangkan, jauh lebih hemat berpuluh kali lipat.

“Jauh lebih hemat menggunakan listrik hanya Rp3.000 perhari, dulu pakai mesin Alkon minimal 2 liter bensin setiap hari sudah Rp20.000,” ujar Saukani.

Perkumpulan Korban PHK

Kedeblak…!!!! Bunyi tandon penuh air tiba-tiba jatuh, tepat di belakang greenhouse pembibitan tanaman. Peristiwa itu memecah obrolan kami. Zainuddin saat itu tengah menjelaskan mayoritas petani di Gapoktan adalah korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) saat puncak pandemi Covid-19, sejenak menjeda cerita.

“Sudah sampai umurnya (tandon air), biar sajalah jatuh,” kata Zainuddin ringan.

Zainuddin dan Saukani saat berada di Greenhouse pembibitan tanaman hortikultura. Foto: Rendy Tisna.

Salah satu yang terdampak PHK itu rupanya adalah Saukani, yang sebelumnya bekerja di perusahaan pertambangan batubara. Saukani awalnya peserta program magang di Gapoktan Kayuh Baimbai, ia tekun belajar selama tiga bulan, dibawah bimbingan Zainuddin yang sekaligus sekretaris di Gapoktan.

Usai magang berakhir, Saukani memantapkan niatnya bergabung. Hasilnya panen tanaman hortikultura yang ia peroleh pun, tidak kalah dengan gajinya saat bekerja di perusahaan tambang.

“Alhamdulillah… lebih dari cukup di atas UMP,” aku Saukani.

Ada juga contoh lainnya. Salah seorang petani, bahkan pernah menjabat posisi struktural bagus di perusahaan swasta. Saat mendapat dana tunjangan PHK, orang itu membeli sepetak tanah untuk ditanami di area Gapoktan. Ia juga sudah berhasil panen berbagai jenis komoditi tanaman, kini hampir setiap hari ia bolak-balik merawat kebun, dari Kota Banjarbaru menempuh jarak kurang lebih satu jam perjalanan ke Desa Simpang Empat.

“Jadi memang banyak di sini dulunya korban PHK,” ujarnya.

Zainuddin sendiri sudah lama berhenti bekerja di perusahaan swasta. Ia beruntung hasil panen tanaman pertaniannya masih lumayan bagus, cukup memenuhi nafkah keluarga.

Denah lokasi lahan pertanian Gapoktan Kayuh Baimbai. Sumer foto: Gapoktan.

Belakangan, kabar harum Gapoktan Kayuh Baimbai dalam mendorong ekonomi berkelanjutan dalam bidang pertanian dengan teknologi Electrifying Agriculture menarik perhatian banyak pihak, bahkan hingga kini sampai keluar daerah Kalimantan. Zainuddin dan Saukani pun, termasuk yang sering diundang sebagai narasumber dalam berbagai acara, untuk membagikan pengalamannya.

“Saukani ini pernah sebagai contoh petani milenial, peserta dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kami yang sudah berumur ini mau banyak santai dulu, biarlah sekarang yang muda yang sering banyak berangkat,” sebut Zainuddin.

Wilayah kebun pertanian Gapoktan Kayuh Baimbai juga pernah didatangi pemerintah dari negara Vietnam, Thailand, dan Italia. Mereka, mengenang kunjungan rombongan dari berbagai negara itu saat membuka program agrotourism. Saukani memastikan terakhir kedatangan rombongan dari Vietnam pada 6 Oktober 2022.

“Kami petani, tidak ada yang bisa berbahasa Inggris,” Zainuddin tertawa. “Jadi pakai translate di HP. Untungnya ada orang dari kementerian yang mendampingi.”

Sementara itu, ditemui terpisah, Misrani selaku Ketua Gapoktan Kayuh Baimbai, menjelaskan komunitas di desanya kini telah tumbuh menjadi 10 kelompok dengan total 133 anggota, yang secara aktif menggelar pelatihan dan diskusi tentang dunia pertanian.

Ia bersyukur dengan hadirnya PLN yang menyokong melalui berbagai bantuan, mulai dari sistem pengairan yang memadai hingga pembangunan unit greenhouse yang menjadi solusi efektif melawan serangan hama.

Menurut Misrani, metode pertanian yang semakin modern tidak hanya meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dengan teknik fertigasi irigasi tetes, tetapi juga memberikan fleksibilitas pada waktu tanam. Jadi tidak hanya terbatas pada musim penghujan.

“Pupuk dapat dilarutkan, diencerkan, dan didistribusikan bersamaan dengan sistem irigasi tetes sehingga memberikan efisiensi terhadap waktu dan tenaga. Metode ini sangat populer dalam pertanian holtikultura dan ekstensif,” terang Misrani.

Ia mengaku, dengan bantuan elektrifikasi sistem pengairan, hasil pertanian Gapoktan Kayuh Baimbai seperti tomat, cabe, dan kubis meningkat drastis, memungkinkan panen hingga dua sampai tiga kali dalam setahun.

Hasil panen mereka tidak hanya dijual langsung ke pengepul dan pasar tradisional, tetapi juga berhasil merambah pasar retail modern seperti Lotte Mart dan Giant. Ketika harga di pasaran tidak stabil, hasil panen diolah di rumah produksi oleh kaum Perempuan yang memberikan nilai tambah pada produk mereka.

“Mayoritas tanaman yang kita budidayakan adalah berbagai jenis cabai, dan pada tahun 2023 saja, omzetnya mencapai Rp 700 juta hanya untuk cabai rawit,” ungkapnya bangga.

 

Sumber data: Gapoktan Kayuh Baimbai.

 

Listrik untuk Perikanan

Selain membantu sistem pengairan untuk tanaman hortikultura, guna mewujudkan usaha mikro, kecil dan menengah lanjutnya PLN juga membantu Gapoktan Kayuh Baimbai untuk budidaya ikan air tawar dengan sistem bioflok yang menjadi sumber alternatif mata pencaharian untuk para petani, di Desa Simpang Empat.

Sebanyak 10 kolam bioflok lengkap dengan fasilitas bangunan dan gudang, serta ribuan bibit ikan nila dan papuyu (betok) diberikan hingga mampu memberikan omzet sampai puluhan jutaan rupiah setiap panen, per empat bulannya.

Misrani menuturkan budidaya ikan sistem bioflok sangat menguntungkan karena dengan mikro organisme yang dihasilkan dari teknologi ini, mereka mampu menghemat biaya pakan ikan yang menjadi biaya paling besar dalam budidaya ikan.

“Alhamdulillah dengan margin biaya produksi yang lebih rendah mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi kami,” ungkap Misrani.

“Per 2023 jumlah panen perikanan kita mencapai 150 kg, dengan pendapatan Rp 37 juta lebih,” sambungnya.

Tambahnya lagi, penggunaan listrik dengan sistem bioflok ini khusus menggunakan meterannya tersendiri, jika dihitung pengeluaran penggunaan air pump yang menyala 24 jam non stop dan lampu, masih tergolong hemat, tidak sampai menghabiskan anggaran Rp100.000 per bulan.

Zainnudin memamerkan ikan nila yang baru berumur dua bulan di sistem bioflok milik Gapoktan Kayuh Baimbai. Foto: Rendy Tisna.

Raih NCSRA 2023

Keberhasilan Misrani dan rekan-rekannya dalam mengelola sistem pertanian tak lepas dari kontribusi berharga PLN. Jumat, 29 Desember 2023, Darma Indragiri, Assistant Manager Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di PLN UIP3B Kalimantan, secara rinci menjelaskan kepada Kanal Kalimantan tentang pendampingan yang telah dilakukan hingga saat ini.

Gapoktan Kayuh Baimbai sebenarnya adalah salah satu penerima manfaat dari Program TJSL PLN pada tahun 2021 dan 2022. Dampak yang dihasilkan dari program ini berbuah positif bagi masyarakat, terutama para petani yang aktif berbudidaya di sekitar wilayah Gapoktan.

Salah satu keunggulan Program TJSL adalah perubahan pola tanam para petani. Pemilihan solusi elektrifikasi untuk sistem pengairan pertanian, khususnya melalui teknik fertigasi atau irigasi tetes, terbukti sebagai langkah efektif bagi Gapoktan Kayuh Baimbai.

Awalnya, mereka terbatas untuk berbudidaya pertanian selama musim hujan. Namun, dengan adanya listrik dan pipanisasi pengairan, pertanian mereka tidak lagi tergantung pada musim.

“Petani kini dapat berbudidaya tanaman kapan saja tanpa harus terikat pada musim tertentu. Hal ini tentunya memberikan keuntungan signifikan, terutama dalam peningkatan perekonomian para petani,” jelas Darma panjang lebar.

Lanjut Darma, Gapoktan Kayuh Baimbai, berlokasi di Kabupaten Banjar, Kecamatan Simpang Empat, tempatnya tidak jauh dari Jalan Ahmad Yani Km.71, juga memiliki posisi strategis sebagai salah satu lokasi pertanian terdekat dengan Kabupaten Kota dan Lintas Provinsi.

“Keunggulan ini membuat pertanian mereka sangat diminati,” tambahnya.

Darma menjelaskan, terdapat empat tujuan utama dari program elektrifikasi sistem pengairan pertanian dengan teknik fertigasi atau irigasi tetes ini. Pertama, program ini memberikan literasi kepada masyarakat Desa Simpang Empat tentang listrik sebagai sumber energi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Kedua, mendorong peningkatan teknologi pengairan pertanian yang menggunakan energi listrik sebagai solusi inovatif.

Tujuan ketiga adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Desa Simpang Empat melalui pemanfaatan energi listrik. Terakhir, dapat menginspirasi generasi muda Desa Simpang Empat untuk kreatif menggunakan energi listrik sebagai pendukung pertanian modern.

Saukani di dalam greenhose, memperlihatkan kinerja irigasi sprinkler, air mencapai tanaman dalam bentuk hujan. Foto: Rendy Tisna.

Di sisi lain, Darma menyampaikan kebanggaannya terhadap pencapaian luar biasa Gapoktan Kayuh Baimbai, yang berhasil meraih nilai Social Return on Investment (SROI) sebesar 16,41. Angka ini menunjukkan bahwa setiap investasi sebesar Rp1 yang dilakukan oleh PT PLN UIP3B Kalimantan memberi dampak atau nilai manfaat sebesar Rp16,41.

Secara sosial ekonomi, Program Elektrifikasi Sistem Pengairan Pertanian menggunakan teknik fertigasi atau irigasi tetes di Gapoktan Kayuh Baimbai, Desa Simpang Empat, dengan yakin dianggap sukses dan berdaya guna.

“Dengan nilai SROI yang tinggi, program ini tidak hanya berhasil meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, tetapi juga memberikan kontribusi positif secara ekonomi dan sosial kepada masyarakat local,” sebutnya.

Pelaksanaan priode program pembentukan Desa Berdaya Simpang Empat. Sumber: PLN UIP3B Kalimantan.

Darma bangga mengatakan, keberhasilan program elektrifikasi sistem pengairan Gapoktan Kayuh Baimbai semakin diakui setelah meraih penghargaan Nusantara CSR Awards (NCSRA) 2023 dari La Tofi School of Social Responsibility.

Penghargaan diberikan pada kategori SDG’s #1 tanpa kemiskinan, menyoroti kontribusi program tersebut untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan menciptakan nilai bersama (Creating Shared Value) bagi masyarakat.

Penghargaan ini bukti pengakuan terhadap komitmen PLN dalam menjalankan program TJSL yang berkelanjutan.

PLN merasa terhormat dan terinspirasi untuk terus mengembangkan program TJSL yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, mereka semakin semangat berkomitmen untuk menciptakan perubahan positif dalam aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi di wilayah Kalimantan.

“Penghargaan ini menjadi motivasi bagi PLN untuk terus berinovasi dan menciptakan program TJSL yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya.

Hingga kini, tercatat sebanyak 185.856 pelanggan terdaftar menggunakan listrik untuk pertanian. Selain meningkatkan hasil panen, penggunaan listrik dalam pertanian juga terbukti menghemat biaya operasional dan tenaga yang digunakan. (kanalkalimantan.com/rendytisna).

Reporter: Rendy Tisna

Editor : Cell

Artikel Memanen Harapan Baru Gapoktan Kayuh Baimbai dengan Electrifying Agriculture! pertama kali tampil pada Kanal Kalimantan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembunuhan di Kebun Karet Desa Mangkauk Terungkap, Kapolda Kalsel: Pelaku Preman Suruhan Perusahaan Batu Bara, Ada Luka Tembak di Kepala

Bantuan Kemanusiaan Diantar Langsung Wali Kota Aditya ke Kedutaan Palestina

Pimpin Apel Kesiapan Haul Abah Guru Sekumpul, Ini Harapan Bupati Banjar